Uliyah, Inarotul (2022) Implikasi Makna Puasa dalam Tafsir al-Jailani Q.S al-Baqarah ayat 183. Undergraduate thesis, IAIN KUDUS.
Text
1. COVER.pdf Download (913kB) |
|
Text
2. ABSTRAK.pdf Download (314kB) |
|
Text
3. DAFTAR ISI.pdf Download (368kB) |
|
Text
4. BAB I.pdf Download (735kB) |
|
Text
5. BAB II.pdf Download (826kB) |
|
Text
6. BAB III.pdf Download (362kB) |
|
Text
7. BAB IV.pdf Download (798kB) |
|
Text
8. BAB V.pdf Download (422kB) |
|
Text
9. DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (328kB) |
Abstract
Kajian ini bertujuan untuk mendiskripsikan narasi penafsiran Syekh Abdul Qadir al-Jailani pada makna puasa dalam kitab Tafsi>r al-Jai>la>ni> yang dinisbatkan senagai karyanya. Narasi tersebut kemudian dikaji untuk mendapatkan pemikiran Syakh Abdul Qadir al-Jailani terhadap makna puasa dan bagaimana implikasi puasa dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini perlu dilakukan mengetahui gambaran pemikiran tasawuf al-Jailani yang selama ini masih belum banyak diteliti. Puasa yang dianggap sebagai ibadah yang memiliki banyak pengertian secara umum menjadi obyek yang diharapkan mempresentasikan pemikiran tasawuf Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (liberary research) dengan pendekatan kualitatif yang didasarkan pada content analisis. Ta>fsir al-Jai<la>ni> sebagai sumber primer dengan ditunjang dengan data sekunder yaitu pemikiran al-Qushayri dan al-Ghazali sebagai tokoh sufi yang digunakan analisisnya untuk mengidentifikasi nilai sufistik yang terdapat di dalam obyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan. Pertama, nilai sufistik makna puasa pemikiran Syakh Abdul Qadir al-Jailani terbagi menjadi dua pengertian yaitu: (1) puasa secara syariat (al-imsak al-makhsus) yaitu puasa secara umum, yaitu menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan, minum, haid dan lain-lain, (2) puasa secara mutlak dan menolak apapun selain-Nya (al-imsak al-muthlaq wa al-i’rad al-kulliy) yaitu menjaga anggota tubuh baik itu secara dhahir dan batin dari hal-hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah Swt. kedua, dimensi sufistik yang diajarkan dalam puasa Ramadhan adalah dimensi tasaawuf yang dibuktikan dengan kesungguhan dalam mengendalikan hawa nafsunya, dan menjaga kedekatannya dengan Allah Swt. dengan begitu setiap yang berpuasa selalu merasa diawasi oleh Allah dimana pun mereka berada, hati yang juga ikut berpuasa memberi banyak dampak positf, hati yang selalu terjaga, pendengaran yang selalu terjaga, pikiran yang selalu memikirkan Allah Swt. dan hati yang selalu berdzikir kepada Allah Swt
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Nilai Sufistik, Puasa, Tafsir al-Jai>la>ni> |
Subjects: | Al-Qur`an dan Ilmu yang berkaitan > Tafsir Al-Qur`an |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Ilmu Quran Tafsir |
Depositing User: | Perpustakaan IAIN Kudus |
Date Deposited: | 17 Oct 2022 02:33 |
Last Modified: | 17 Oct 2022 02:33 |
URI: | http://repository.iainkudus.ac.id/id/eprint/7566 |
Actions (login required)
View Item |