Setyaningrum, Noor Ummi (2023) Makna Filosofi Budaya Buka Luwur Syekh Sultan Kamaluddin di Desa Jetak Kedungdowo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Undergraduate thesis, IAIN KUDUS.
Text
1. COVER.pdf Download (1MB) |
|
Text
2. ABSTRAK.pdf Download (290kB) |
|
Text
3. DAFTAR ISI.pdf Download (544kB) |
|
Text
4. BAB I.pdf Download (450kB) |
|
Text
5. BAB II.pdf Download (792kB) |
|
Text
6. BAB III.pdf Download (689kB) |
|
Text
7. BAB IV.pdf Download (775kB) |
|
Text
8. BAB V.pdf Download (480kB) |
|
Text
9. DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (373kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Desa Jetak Kedungdowo terutama tentang tradisi buka luwur, dan penulis juga lebih tahu terkait dengan sejarah dari Syekh Sultan Kamaluddin. Persoalan utama yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu: bagaimana sejarah Syekh Sultan Kamaluddin, bagaimana pandangan masyarakat terhadap adanya buka luwur yang masih dilakukan sekarang ini, dan makna filosofi dari buka luwur Syekh Sultan Kamaluddin di Desa Jetak Kedungdowo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan, dengan menggunakan metode pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis yaitu sumber data primer, sumber data primer ialah informan yang berjumlah enam orang (juru kunci makam Syekh Sultan Kamaluddin menjelaskan terkait dengan sejarah Syekh Sultan Kamaluddin, tiga orang masyarakat menjelaskan terkait dengan pandangan masyarakat terhadap buka luwur, satu panitia buka luwur menjelaskan pelaksanaan buka luwur, satu orang masyarakat menjelaskan makna filosofi buka luwur Syekh Sultan Kamaluddin, dan satu orang budayawan menjelaskan terkait dengan makna filosofi buka luwur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman suara, foto, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama, sejarah Syekh Sultan Kamaluddin. Syekh Sultan Kamaluddin merupakan seorang pertapa dari kerajaan Mataram Islam, kemudian pada waktu itu Syekh Sultan Kamaluddin ini melakukan tapa broto di Gunung Muria, saat melakukan pertapaan tiba-tiba ada seorang pasukan Belanda yang menusuknya dari belakang menggunakan tombak, dan akhirnya Syekh Sultan Kamaluddin berlari meninggalkan Gunung Muria, berlari menuju ke arah selatan yaitu di Kecamatan Kaliwungu. Setelah tiba di Kecamatan Kaliwungu, Syekh Sultan Kamaluddin mencabut tombak yang menancap di belakang tubuhnya dan mensucikan darah yang mengalir dari tubuhnya. Saat selesai mencabut tombak, Syekh Sultan Kamaluddin kembali berlari menuju ke arah Desa Jetak Kedungdowo, dan meninggal di tempat yang sekarang menjadi makam Syekh Sultan Kamaluddin. Kedua, terkait dengan pelaksanaan buka luwur. Pelaksanaan buka luwur ini sudah dilaksanakan sejak dulu, tentunya sudah dilaksanakan secara turun temurun. Pelaksanaan buka luwur memiliki beberapa rangkaian acara yang mana dimulai tanggal 7 Muharram sampai tanggal 17 Muharram. Pelaksanaan ini tentunya melibatkan masyarakat agar ikut serta pada acara acara buka luwur. Ketiga, pandangan masyarakat terhadap tradisi buka luwur Syekh Sultan Kamaluddin. Pandangan masyarakat terhadap buka luwur Syekh Sultan Kamaluddin ini sangat setuju jika buka luwur masih dilaksanakan, karena bagi masyarakat tentunya sebagai bentuk penghormatan kepada Syekh Sultan Kamaluddin. Dengan rasa setuju dari masyarakat terkait dengan adanya buka luwur ini, biasanya masyarakat ikut serta di dalam pelaksanaan buka luwur, seperti rentetatn acara yang membuat masyarakat memiliki rasa solidaritas terhadap sesama yaitu ikut di dalam kirab budaya saat pelaksanaan buka luwur, dan tradisi buka luwur Syekh Sultan Kamaluddin dilaksanakan setiap tanggal 17 Muharram/Suro, dilaksanakan di Desa Jetak Kedungdowo. Keempat, makna filosofi buka luwur ialah pergantian penutup makam atau biasa disebut dengan kain mori. Pergantian kain mori ini lakukan setahun sekali pada 17 Muharram/Suro yang di mana itu dilakukan oleh sesepuh kaum Desa Jetak Kedungdowo. Buka luwur ini sama dengan khaul, khaul artinya memperingati hari kematian seorang waliyullah atau seorang tokoh agama Islam dan peringatan dilaksanakan setahun sekali untuk mengenang jasa-jasa, karomah, serta akhlaq
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||
Uncontrolled Keywords: | Makna Filosofis, Buka Luwur Syekh Sultan Kamaluddin | ||||||
Subjects: | Sosial dan Budaya Islam > Adat Istiadat Islam | ||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Akidah dan Filsafat Islam | ||||||
Depositing User: | Perpustakaan IAIN Kudus | ||||||
Date Deposited: | 26 Sep 2024 04:31 | ||||||
Last Modified: | 26 Sep 2024 04:31 | ||||||
URI: | http://repository.iainkudus.ac.id/id/eprint/12122 |
Actions (login required)
View Item |