Ningrum Ika Aji, Avita (2016) STUDI KASUS DAMPAK PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 0437/Pdt.G/2015/PA.Kds TENTANG NAFKAH ANAK YANG TIDAK TEREALISASIKAN dI DESA SINGOCANDI KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS. Undergraduate thesis, STAIN Kudus.
Text
01. COVER.pdf Download (1MB) |
|
Text
02. ABSTRAK.pdf Download (187kB) |
|
Text
03. DAFTAR ISI.pdf Download (867kB) |
|
Text
04. BAB I.pdf Download (1MB) |
|
Text
05. BAB II.pdf Download (1MB) |
|
Text
06. BAB III.pdf Download (953kB) |
|
Text
07. BAB IV.pdf Download (1MB) |
|
Text
08. BAB V.pdf Download (860kB) |
|
Text
09. DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (957kB) |
Abstract
Kata “al-nafaq”, dalam bahasa berarti habis. Nafkah berarti “belanja”. Maksudnya ialah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada isteri, kerabat, dan miliknya sebagai keperluan pokok bagi mereka. Ketika seorang laki-laki dan perempuan telah sah melakukan pernikahan, pasti didalam kehidupan rumah tangga antara suami dan isteri tersebut pasti ada percekcokan antara keduanya. Sehingga jika kedua pasangan tersebut tidak bisa didamaikan oleh keluarganya atau para pihak mediasi, maka jalur perceraianlah yang nantinya akan ditempuh oleh keduanya. Namun disamping itu, pasti akan banyak akibat hukum yang timbul terhadap anaknya selepas perceraian dari kedua orang tuanya. Entah itu mengenai hak pemeliharaan anak maupun tentang hak nafkah anak. Akibat hukum perceraian terhadap kedudukan dan perlindungan hak-hak anak, disini telah dijelaskan di dalam Undang-Undang pernikahan, yakni pasal 41 huruf a UU No.1 Tahun 1974 “baik bapak maupun ibu tetap mempunyai kewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai penguasan anak-anak, maka pengadilan yang memberikan keputusannya”. Oleh sebab itu, di balik hal tersebut tentunya ada faktor-faktor penyebab seorang ayah tidak mau melaksanakan kewajibannya untuk menafkahi anak kandungnya sendiri. Yakni ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, faktor ekonomi, faktor menikah lagi, faktor psikologis, faktor mantan isteri mempunyai penghasilan sendiri, dan faktor mantan suami sudah meninggal dunia. Dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa pelaksanaan putusan di Pengadilan Agama Kudus dalam perkara Nomor 0437/Pdt.G/2015/PA.Kds, mengenai cerai gugat yang dilakukan oleh saudara Ellyana dan mengenai nafkah terhadap anaknya pasca perceraian, ternyata tidak dilaksanakan oleh pihak yang diwajibkan yaitu mantan suaminya (ayah si anak) untuk menafkahi anaknya. Namun para pihak hakim Pengadilan Agama Kudus mempunyai solusi dalam menangani kasus tersebut. Yaitu si ibu bisa mengajukan ekseskusi di Pengadilan Agama Kudus, dan juga bisa melakukan Gugatan Nafkah untuk biaya anaknya. Pada akhirnya, penulis sangat berharap bahwa para pihak (ayah) yang telah diwajibkan untuk menafkahi anaknya setelah percerain dengan mantan isterinya, agar tetap melaksanakan kewajibannya tersebut
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Nafkah; Solusi; Putusan Pengadilan |
Subjects: | 300 Ilmu-Ilmu Sosial > 340 Hukum > Hukum Perdata |
Divisions: | Fakultas Syariah > Hukum Keluarga Islam |
Depositing User: | Perpustakaan IAIN Kudus |
Date Deposited: | 18 Feb 2017 03:27 |
Last Modified: | 18 Feb 2017 03:27 |
URI: | http://repository.iainkudus.ac.id/id/eprint/622 |
Actions (login required)
View Item |